Basyiri Blog

Pertanyaan seorang filsuf teknologi kenapa satu itu ada dan nol itu tiada, namun tanpa kita berfikir lebih lanjut bahwa sebenarnya baik satu dan nol itu kan sama-sama angka namun kenapa jika satuan maka satu dan nol itu dianggap berarti namun jika posisinya ditukar dalam bentuk digit yang lebih besar maka hasinya akan berbeda baik nol itu ada dan satu itu tiada?

Kok bisa? Jika 001 itu maka diartikan 1 sedang 100 maka 100, kita bisa menilai bahwa sesuatu yang ada muncul dari yang tidak ada, seberapa besarnya dia 1 tanpa nol tidak berarti banyak, suatu yang ada pun harus ada kalau dia memenuhi kondisi tertentu, mungkin didalam hidup kita sesuatu kehampaan itu akan berarti dibanding refleksi satu orang berkumpul tidak hampa

Mungkin terkesan ngawur, pada intinya sebagai penutup bulan, saya mau menjadi nol dulu karena tiada sesuatu lagi alasan untuk aku tetap ada, tanggal 1 adalah sesuatu ada untuk jiwaku yang baru, bukan berarti bersih namun aku hadir untuk diriku sendiri dalam bahagia meraih kekosongan, ah begitulah filsuf modern diromantisasi oleh digitalisme yang minimal

Saya jadi ingat tentang pembicaraan dahulu saya dengan seseorang tentang kenapa PIN pada umumnya atau semisal dipakai pada bank itu umumnya cuma 6 digit saja, alasannya tidak lain dan tidak bukan adalah jika ada seseorang yang membobol kemungkinan adalah orang dekat itu yang pertama jika kombinasinya bukan tanggal lahir miliknya melainkan keluarganya, jika PIN nya merupakan tanggal lahirnya juga ya sebenarnya sama seperti di kemungkinan yang pertama atau jika force majeure seperti dompet jatuh maka bisa kemungkinan hanya tebakan yang beruntung selebihnya sulit

Maka memang investigasi yang nggak kemana-mana walau sebenarnya secara teknis bisa saja PIN sampai 8 digit namun 6 digit ini kemungkinan polanya gak jauh-jauh dari tanggal lahir memang kalau seringnya saya menganalisa kasus forensik dan tidak ada sesuatu yang spesial melainkan hanya sebatas angka yang itu-itu saja

Kalau PIN ditambahkan OTP bisa lebih secure lagi tapi tetap saja tidak, lagi-lagi memang gak ada ceritanya sesuatu yang simple ditambah kombinasi yang ribet-ribet, karena tidak umum juga, kombinasi password sama OTP sudah kombinasi maut yang paling aman, ibarat pagar besi sama pagar bambu, yang PIN itu pagar bambu, walaupun tampak rapuh tapi kokoh juga kalau memang sebagaimana mestinya

Kali ini saya dipusingkan oleh aplikasi kesayangan saya Threema karena status kontaknya masih bewarna hijau namun sayangnya saya hanya bisa menerima pesan maka bingung apakah saya diblokir atau penerima tidak membuka aplikasi atau seperti apa jika sebelumnya memang saya metode penambahan kontaknya saling scan QR code, saya analisa dengan delete contact tersebut dan menambahkannya secara manual namun masih nihil alias status kontaknya masih bewarna hijau bukan merah

Nah, solusinya apa? Harus di scan ulang lagi baik dari ponsel penerima maupun saya sebagai pengirim, ini sangat luar biasa tidak terpikirkan oleh saya ternyata kriptografinya bukan main jika statusnya masih hijau setelah menambahkan ulang manual ketik ID maka akan repot jika kita tidak bisa melakukan scan ulang apalagi harus pinjam ponsel kontak kita

Pada intinya delete contact terlebih dahulu sampai status penambahannya menjadi merah, mungkin harus menunggu sekitar 24 jam kita harus membiarkan kontak tersebut dihapus secara manual jika setelah ditambahkan sudah warna merah pasti sudah bisa kekirim, jika statusnya masih hijau maka tidak akan terkirim kecuali saling scan ulang, memang jauh lebih aman dibanding WhatsApp, bukan aplikasi asal-asalan, lalu sebenarnya apa yang saya lakukan kok bisa begitu? Saya restore dari hasil backupan sistem operasi secara keseluruhan sehingga saya tahu kriptografinya bisa berubah dan threema tahu bahwa itu tidak sama sehingga saya acungkan jempol seandainya ada yang coba maling hasil backup sistem operasi saya maka dia tidak akan bisa kirim kecuali nerima saja

Beralih ke topik psikologi jika kita sebelumnya mayoritas membahas tentang teknologi canggih namun kali ini saya membahas mengenai pentingnya paham kepada orang lain, tidak membicarakan orang di belakang jika tidak suka, mencari seseseorang yang kita sukai dan bertanya secukupnya serta memberikan saran jika diminta, hal semacam ini gak mudah lho diterapkan karena kita pada umumnya gak bisa

Konfrontasi bukan diplomasi, ini sering dilontarkan kepada mayoritas orang, seharusnya diplomasi terlebih dahulu dengan catatan baik dan santai tidak berujung konfrontasi, diplomasi mengajarkan kita supaya meraih tujuan sama-sama menguntungkan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan dan itulah cara agar kita bisa bertahan hidup di muka bumi ini, saya tidak mengajarkan anda pembaca blog ini untuk jadi penjilat namun sebaliknya ketika kita bisa kontrol ini maka jadi power lebih, lalu bagaimana jika? jika apa? jika kita sudah mengerti orang lain namun sebaliknya orang lain tidak mengerti apa yang kita inginkan dan butuhkan

Pada dasarnya setiap orang ingin dimengerti dan dicintai? bukan begitu? namun sistem sosial dalam psikologi tidak demikian adanya melainkan ada beberapa kepribadian orang yang melatarbelakangi suatu tindakan terhadap orang lain maka terbentuklah dia yang seperti itu, jadi bukan karena analisa asal-asalan yang tidak ada datanya, menilai orang juga saya pakai data